KH Abdullah Gymnastiar

 

KH Abdullah Gymnastiar :: Tawarkan Damai dan Manajemen Qalbu

 

KH Abdullah Gymnastiar, akrab disapa Aa Gym, mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. Manajemen Qalbu yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Kiyai yang berbekal ilmu laduni itu disambut haru dengan tetesan air mata oleh umat Muslim maupun Kristen di Palu, ketika ia dengan tulus mengunjungi daerah yang diwarnai konflik itu.

Pada tablig akbar yang diikuti lebih 10 ribu jemaah –termasuk warga Kristiani — di Masjid Agung Darussalam Palu? AA Gym, sapaan akrab KH Abdullah Gymnastiar, mengatakan jika buta mata hanya tidak melihat dunia, tetapi jika hatinya yang buta tidak bisa lagi melihat kebenaran. “Mereka inilah yang kacaukan bangsa ini,” tuturnya dengan lantunan lagu. Setelah tablig akbar di Poso, Aa Gym juga berceramah (siraman rohani) di hadapan komunitas kristiani di Tentena.

Kehadiran KH A Gymnastiar di Poso, sangat menyejukkan bagi kedua kelompok bertikai di daerah itu. Diharapkan suasana ini dapat mengugah kembali pengikut kedua agama terbesar di daerah itu dapat hidup berdampingan secara damai di bawah payung Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Toleransi kehidupan antarumat beragama di Poso tercabik-cabik akibat konflik yang hanya berawal dari peristiwa remaja yang mabuk-mabukan, kemudian meluas hingga menjerumuskan umat muslim dan kristiani ke dalam peritikaian yang mengenaskan.

Konflik itu mulai mereda setelah Menko Kesra Yusuf Kalla memprakarsai pertemuan pemuka agama dan tokoh masyarakat Poso di Kota kecil Malino, Sulawesi Selatan, yang kemudian melahirkan Deklarasi Malino Damai untuk Poso.

Dalam beberapa kesempatan, pemimpin Ponpes Daurut Tauhid Bandung itu mengemukakan perbedaan golongan dan agama merupakan rahmat. “Nikmatilah perbedaan itu dengan mencari titik persamaannya, yakni kita semua sama-sama bangsa Indonesia yang ingin maju”.

Menurutnya, penyebab terjadinya kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia ini adalah karena rakyat Indonesia masih suka menonjolkan golongannya dan menganggap golongan lain tidak benar. Seharusnya, dengan adanya perbedaan tersebut justru bisa memperkuat dan mempersatukan bangsa ini, dan tidak sebaliknya berpecah-belah saling mempertahankan prinsip, padahal semua itu sama-sama bangsa Indonesia.

Untuk menikmati perbedaan tersebut, Aa Gym mencontohkan bangunan beton, yang campurannya terdiri atas semen, besi, batu krikil, dan air, tapi bisa berdiri dengan kokoh dan kuat, karena bahan-bahan yang di dalamnya tidak saling menonjolkan diri. Demikian juga bangsa ini bisa kokoh dan kuat serta tidak bisa diadu-domba dan ‘dijajah’ oleh bangsa lain, jika kompak dan tidak suka menonjolkan diri.

Ulama kondang ini, tampil di acara Sixty Minutes di TV NBC, AS, bulan November 2002. Media televisi di AS itu tertarik menampilkan Aa Gym karena ia dinilai menghadirkan sebuah nuansa Islam yang sejuk dan damai. Nuansa islami yang dinilai sangat berbeda dengan isu dan pandangan AS tentang Islam selama ini. Beberapa waktu lalu, koran New York Times dan majalah Time juga menyajikan profil Aa Gym, berikut pandangan-pandangannya.

Manajemen Qalbu

Aa Gym mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri.

Menurutnya, orang sering lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya. Sebaiknya setiap orang harus sadar, bahwa semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Jadi, harus lebih dulu mengenali dan memahami diri sendiri.

Dengan mengutip hadis Rasulullah SAW, iamengatakan, bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah hati.

Menurutnya, hati adalah raja. Sehubungan dengan itu, dalam dakwahnya dia selalu menyampaikan arti penting manajemen qalbu (hati). Sebab, bila seseorang memiliki hati yang baik, maka akan baiklah perilakunya, yaitu perilaku yang dipenuhi rasa ikhlas dan jujur.

Kejujuran adalah modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi, dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari. Dan, disiplin adalah modal dasar untuk membentuk kader-kader unggul yang selalu haus prestasi. Langkah seperti itulah yang diterapkan dalam membina para santrinya.

Kini dia menjadi salah satu pendakwah paling digemari di Indonesia. Bahkan telah mulai melampaui popularitas KH Zainuddin MZ, terutama setelah dai sejuta umat itu menjadi politisi lalu bertikai dan mendirikan partai baru.

Popularitas Aa Gym memang sedang berkibar. Anak tertua dari empat bersaudara, yang dilahirkan di Bandung dengan nama Yan Gymnastiar, dari pasangan Letkol (Pur) Engkus Kuswara dan Hj Yeti Rohayati, itu kini kebanjiran undangan untuk berdakwah di berbagai kota di seluruh pelosok tanah air. Jadwalnya pun makin padat.

Dakwahnya tidak hanya disiarkan di televisi, juga di berbagai radio seperti di Jakarta, Bandung, Semarang dan Medan. Bahkan, banyak isi ceramahnya yang sudah dibukukan, dibuat VCD (video compact disc), atau direkam di pita kaset. Kini, hampir setiap hari, menjelang magrib, dia tampil di SCTV.

Sukses Aa Gym tak terlepas dari konsep barunya tentang syiar Islam. Dia menyiarkan Islam dengan format yang sangat sederhana, lugas dan renyah. Dai muda yang memulai karirnya pada 1990 itu kini menjadi pendakwah yang dikagumi hampir semua lapisan masyarakat. Mulai remaja, ibu rumah tangga, hingga para eksekutif perusahaan. Bahkan, BUMN seperti PT Telkom, Bank BNI, PT DI (Dirgantara Indonesia), dan PT KAI sering mengundang dia memberikan ceramah rohani.

Setiap dia tampil berdakwah, ribuan orang berduyun-duyun ingin mendengar. Pesantrennya di kawasan utara Bandung itu hampir setiap hari dipenuhi para santri yang ingin mengaji, beriktikaf, dan mentoring.

Kemunculan Aa Gym menjadi fenomena dakwah di tengah krisis multidimensional yang sedang melanda negeri ini. Bahkan, ajaran kesederhanaan hidup, kesahajaan, pembenahan hati dari dalam diri sendiri yang dia sampaikan menjadi kebutuhan santapan rohani sekaligus obat untuk kondisi masyarakat saat ini.

“Semua harus dimulai dari hati kita sendiri,” katanya. Karena itu, dia selalu mewanti-wanti jangan sampai apa yang disampaikan tidak tecermin dalam diri sendiri. Tak lupa, dia menyebut keluarga adalah cermin dari sukses dakwah yang dia sampaikan. “Keluarga jadi lingkup terkecil dari orang yang mendengar dakwah kita. Jangan sampai kita sukses mengubah orang lain dengan dakwah itu, tetapi keluarga tidak. Keluarga menjadi sangat penting bagi saya,” bebernya.

Suksesnya di bidang dakwah diikuti pula sukses di bidang pendidikan dan bisnis. Dia berhasil mengelola Yayasan Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang No 38, Bandung. Pesantren yang dibangun di atas lahan seluas tiga hektar itu tergolong modern dan multifungsi. Ada bangunan masjid 1.000 meter persegi, ada cottage 24 kamar berkapasitas 80 orang (khusus bagi orang tua dan santri dari luar kota yang ikut pelatihan atau pesantren). Ada pula gedung serbaguna, kafetaria, serta swalayan mini yang megah dan elite. Ribuan santri belajar di sana.

Bidang usahanya antara lain, swalayan, warung telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset, dan VCD. Omzetnya miliaran rupiah. “Bisnis ini dikelola dan juga jadi wahana para santri untuk mengaktualisasikan jiwa dan pendidikan wirausahanya. Bukankah Rasulullah menyuruh kita agar berada dalam tangan posisi di atas? Tak harus minta-minta. Ini akan berhasil jika kita mampu membangun jiwa entrepreneurship dalam diri kita sendiri,” ujarnya.

Sosok Aa Gym memang bisa menjadi suri teladan. Dia kyai yang masih muda, sederhana, namun bersahaja dan sukses di bidang usaha. Ia sosok teladan di tengah langkanya keteladanan pada masa kini.

Ketika tampil di depan para elite politik, pejabat negara, dan diplomat asing pada malam peringatan Nuzulul Quran di Masjid Istiqlal, dai muda yang menekankan kebersihan hati, manajemen qalbu sebagai trademark dakwahnya, itu mengatakan, “Rakyat lebih terpesona kepada pemimpin bersahaja. Pemimpin bangsa tak perlu pamer kemewahan. Melihat orang pakai mobil mewah dan punya rumah mentereng, kita jadi enek. Bukan tidak boleh. Tapi, itu bisa menimbulkan pertanyaan dari mana semua itu?”

Kisah Aa Gym
Lalu, siapakah Aa Gym yang ceramahnya mampu membuat ribuan jemaahnya mengucurkan air mata? Dan, bagaimana ia mengelola Pondok Pesantren Daarut Tauhid sehingga menjadi rujukan beberapa lembaga dari sejumlah negara asing?

Pada tahun 1980-an di Garut, Jawa Barat, di sebuah rumah yang tertata rapi, di sebuah dusun, tampak seorang lelaki muda tengah memperdalam pemahaman spiritual di bawah bimbingan ajengan Junaedi. Hanya dalam tiga hari, lelaki muda itu dinyatakan memiliki ilmu laduni (ilmu yang diberikan Allah Swt kepada hambanya yang beriman, tanpa melalui proses belajar). Untuk lebih meyakinkan ucapan gurunya, lelaki muda itu kembali melanjutkan perjalanan spiritualnya dengan berguru kepada beberapa ulama zuhud. Hasilnya sama, ia dinyatakan telah dikaruniai ma’rifatullah.

Lelaki yang bernama Abdullah Gymnastiar itu mengaku sering merasakan keajaiban yang sulit dicari penjelasannya. Setiap hari, dia mampu mengajar banyak orang dengan materi yang mengalir begitu saja. Saat materi tersebut di cek dengan kitab-kitab tafsir, ternyata isinya sama persis. “Terkadang saya mendapat ilmu baru tatkala sedang menyampaikan ceramah di hadapan jemaah,” ujarnya.

Berbekal ilmu laduni itu, ia mulai menyebarkan ajaran Islam kepada sesama manusia melalui pengajian dan ceramah, baik secara langsung maupun menggunakan media cetak dan elektronik. Langkah awal dakwahnya dimulai dengan membangun Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT). Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Tapi, perbedaannya, DT tidak bersifat eksklusif seperti Al-Arqom. DT terbuka untuk semua orang.

DT, yang berarti perkampungan atau rumah bagi orang-orang yang bertekad mengabdi hanya kepada Allah Swt., dirintis dari usaha wiraswasta Aa Gym bersama teman-temannya melalui lembaga Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW) pada 1987.

Saat itu, KMIW bergerak pada beberapa usaha kecil seperti pembuatan sticker, t-shirt, gantungan kunci, dan stationary yang dilengkapi slogan-slogan religius. Sebagian hasil usahanya digunakan untuk menopang dakwah, yaitu dalam bentuk pengajian rutin untuk remaja dan umum di bawah bimbingan Aa Gym.

Seiring dengan perkembangan usaha dan peningkatan jemaah pengajian, maka pada 1990 KMIW mendirikan DT di rumah orang tua Aa Gym. Beberapa waktu kemudian, DT pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38. Di lokasi baru yang berupa rumah pondokan dengan 20 kamar itu, ia menyewa dua kamar. Di sini gerakan dakwah lelaki penggemar warna putih itu mendapat tantangan berat. Sebab, lokasi itu dikenal sebagai markas “biang kerok” keresahan masyarakat. Dan, dengan keteguhan jiwa, akhirnya lelaki yang pintar beradaptasi dengan lingkungan itu berhasil mengontrak seluruh kamar yang ada. Bahkan, ia berhasil membeli rumah kontrakan tersebut langsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta.

Selanjutnya, pada 1993, ia memperbaiki markasnya dengan membangun gedung permanen berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk kegiatan perekonomian, lantai dua dan tiga dijadikan masjid. Masjid DT itu sering disebut masjid seribu tangan karena dibangun secara gotong royong oleh ribuan warga yang tinggal di sekitar tempat tersebut dan jemaah DT.

Usahanya berjalan lancar. Pada 1994, lelaki yang antirokok itu berhasil mendirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Dan, pada 1995, seorang jemaah membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D, sekitar 50 meter dari masjid. Bangunan itu lalu digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur?an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur?an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri.

Menjelang akhir tahun 1997, sarana dakwah dan perekonomian lelaki yang kurang suka pada pakaian batik itu bertambah lengkap setelah berdiri Gedung Kopontren empat lantai di seberang masjid. Gedung yang cukup representatif itu digunakan untuk kantor Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung telekomunikasi, pusat informasi, serta lain-lain.

Pada 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna. Sampai 1999, aset DT–yang semula tidak seberapa–telah bernilai Rp 6 miliar.

Usaha ekonomi yang berjalan sukses tersebut ternyata sangat membantunya dalam menjalankan misi DT sebagai fasilitator pengembangan seluruh aktivitas sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan yang bernuansa Islam. Dan, kesuksesan usaha ekonomi DT itu tercapai karena pengelolaannya menggunakan sistem keuangan yang transparan, profesional, dan inovatif, ditambah kejujuran para santri. Sifat jujur para santri itu tak terlepas dari peran sentral Aa Gym dalam menggembleng mereka.

Dalam mendidik atau menyampaikan sebuah materi ajaran agama, ia senantiasa menekankan pentingnya pembenahan hati, atau yang sering disebut metode Manajemen Qalbu. Manajemen Qalbu adalah upaya untuk mengatur dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah. Salah satu caranya dengan berzikir. Selanjutnya, hati yang damai itu diisi dengan nilai-nilai rohani Islam seperti sabar, rida, tawakal, ikhlas, jujur, dan disertai dengan ikhtiar.

Menurut ustad yang tidak memiliki pembantu rumah tangga itu, hati adalah raja yang dapat membuat manusia melakukan apa saja. “Kita banyak amal, tapi kalau hatinya tidak ikhlas, ya tidak akan diterima,” ujarnya. Bagi Aa Gym yang fasih mendendangkan nasyid, itu suatu hal yang disampaikan dengan pikiran, maka hanya akan menyentuh pikiran. Sedangkan apa yang disampaikan dengan hati yang tulus, maka akan menyentuh relung hati pendengar yang paling dalam.

Pendapat itu terbukti kebenarannya. Sebab, di tiap pengajian yang ia adakan tiap minggu di DT, meskipun hanya membahas materi ringan ternyata mampu menyejukkan hati ribuan pendengarnya yang datang dari berbagai kota di Jawa Barat, bahkan Jakarta. Malah, ketika ia bernasyid atau memanjatkan doa, banyak jemaah yang tak kuasa membendung air matanya. “Terasa seperti sedang memutar rekaman film dari tingkah laku saya sendiri. Benar-benar menyentuh hati ceramahnya,” ujar salah seorang santrinya.

Selain diajari Manajemen Qalbu, para santri DT yang jumlahnya lebih dari lima ribu orang itu juga harus mengikuti program Santri Quantum. Program ini dirancang khusus untuk meningkatkan dan melipatgandakan kemampuan otak dalam berpikir. Sebagai pelengkap, para santri juga digembleng kemampuan fisiknya, sehingga daya tahan (endurance) mereka dalam aktivitas hidup sehari-hari bisa optimal. “Di sini, seseorang dilatih untuk menjadi dirinya sendiri,” ujarnya dengan mantap.

Metode pendidikan ala Aa Gym itu berjalan sukses karena dalam pelaksanaannya dijalankan dengan disiplin yang ketat. Bila ada santri yang salah, ia tak segan-segan menjatuhkan sanksi. Biasanya, sanksi diberikan sesuai dengan kemampuan orangnya, misalnya disuruh push up.

Secara umum, metode pendidikan yang menekankan arti penting zikir, pikir, dan ikhtiar itu banyak menarik minat lembaga lain untuk mempelajarinya. Misalnya, ada salah satu kesatuan TNI AD yang mengikuti pendidikan di pesantren itu selama satu bulan. Hasilnya, disiplin mereka tidak kaku seperti robot lagi, tapi berubah menjadi disiplin yang memiliki roh. Bahkan, banyak prajurit yang menjadi rajin mengerjakan salat dan mulai meninggalkan kebiasaan merokok.

Juga ada beberapa lembaga dari luar negeri, seperti dari Australia, Jepang, Mesir dan Singapura, yang pernah melakukan studi banding tentang resep sukses DT. Dan, kini, pengajian atau ceramah Aa Gym tidak lagi hanya diadakan di Bandung dan Jakarta, tapi telah merambah ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta, Batam, dan Padang. Malah, ke luar negeri.

Selain terus berupaya meningkatkan kualitas para santrinya, Aa Gym yang semasa remaja menjadi penggemar musik country itu juga sangat peduli pada kebersihan, keamanan, dan ketenteraman lingkungan sekitarnya. Untuk masalah kebersihan, ia yang siap melayani umatnya kapan saja, itu tak segan-segan memungut kertas permen yang berserakkan di lingkungannya untuk dibuang ke tempat sampah. Dan, ia menugaskan para santrinya untuk membersihkan lingkungan pesantren dari segala macam sampah setiap hari Sabtu.

Sedangkan untuk membersihkan Bandung dari perbuatan maksiat dan perjudian, Aa Gym bersama Satuan Santri Siap Guna tidak segan-segan turun langsung ke lapangan guna mengingatkan para penjudi dan pelaku maksiat lainnya.

Keberaniannya tersebut ternyata membuatnya sering dimusuhi para bandar judi. Tapi, semua itu tak membuatnya menyurutkan langkah dalam memerangi maksiat. Sebaliknya upayanya ternyata berdampak positif. Kini, kawasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid menjadi kawasan bebas rokok dan wilayah teraman dan terbaik se-Jawa Barat.

Pria bertubuh ramping dengan sorot mata tajam itu terkenal murah senyum. Sejak SMA, naluri bisnisnya telah berkibar. Saat itu, ia pernah berjualan roti, koran, film, dan membuat percetakan.

Moto hidupnya adalah berprestasi bagi dunia dan akhirat. Ia u menikah dengan Ninih Mutmainah M dan kini telah dikarunia enam anak, yaitu Ghaida Tsuraya, M. Ghazali Al-Ghifari, Ghina Rauddathul Jannah, Ghaitsa Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan M. Ghaza Al-Ghazali.

Sebagai orang yang super sibuk, ia menerapkan manajemen keseimbangan. Menurutnya, segalanya harus diukur secara proporsional. Sebab, setiap ketidakseimbangan adalah kezaliman, sedangkan kezaliman dilarang oleh Islam. “Sesibuk apa pun, menimang dan bercengkerama dengan anak harus dilakukan,” ujarnya.

Dalam mendidik putra-putrinya, penggemar kegiatan membaca itu selalu menekankan arti penting kejujuran dan keikhlasan. Maksudnya, agar kita menjadi insan bertakwa dan berprestasi. Atau, siapa tahu, mendapat karunia ilmu laduni seperti Aa Gym?

Wawancara
Konsep baru syiar Islam yang ditawarkan Aa Gym adalah tentang manajemen qalbu (MQ). Apa dan bagaimana MQ itu, berikut petikan wawancaranya dengan Widaningsih:

Apa sebenarnya konsep manajemen qalbu yang ditawarkan dalam pesan dakwah Anda?
Konsep manajemen qalbu itu sebuah konsep yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri.
(Dia lantas mengutip hadis Rasulullah SAW). Bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah hati.
Orang kadang lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya.
Kalau dia sadar, semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Contoh yang paling konkret adalah diri sendiri. Untuk itu, mengenali dan memahami diri sendiri itu menjadi penting.

Apakah format yang cantik dan penyampaian lugas serta bahasa sederhana jadi resepnya sehingga pesan MQ yang Anda tawarkan begitu segar dan sangat menyentuh?
(Dia tertawa). Ada kalanya, beberapa pesan yang kita sampaikan harus berbentuk sesuatu yang sangat familiar. Contoh-contoh konkret harus ada di sekitar kita atau biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, bagaimana kita butuh upaya untuk pengembangan pribadi, bagaimana membangun keluarga sakinah, bagaimana membangun peradaban, atau bagaimana kita bisa meraih sukses.
Contoh nyata atas apa yang saya sampaikan juga harus tecermin dalam diri saya sendiri. Bagaimana saya bisa mempengaruhi orang kalau saya sendiri tak berbuat seperti itu.
(Lalu, Aa Gym bercerita tentang kiat suksesnya dengan mengutip ayat Alquran Surat Al Qashash:77). Seorang mukmin yang kuat itu lebih dicintai Allah daripada yang lemah. (Aa juga bertutur tentang keunggulan Nabi Muhammad). Sejak kecil, beliau memiliki etos kerja yang tinggi dan profesional.
Dari contoh itu, saya hanya sedikit meramunya dengan kiat sukses yang dirumuskan dalam rumus 7 T. Yakni tenang, terencana, terampil, tertib, tekun, tegar, dan tawadlu (rendah hati).

Mengapa Anda sering menyampaikan pesan itu secara jenaka?
Ada kalanya, apa yang kita sampaikan sangat bergantung pada situasi yang terjadi. Misalnya, saat pesan yang disampaikan berupa muhasabah atau perenungan, agar jadi lebih baik, harus konsentrasi.
Tetapi, ada kalanya, kita juga menggunakan gurauan yang membuat orang bisa dan perlu menertawakan diri sendiri. Gurauan itu punya makna sangat tinggi. Biar orang bisa mengevaluasi dirinya sendiri. Walaupun tertawa, silakan menertawakan diri sendiri.

Inti MQ itu upaya menyentuh hati atau tasawuf. Tapi, ada juga pendapat tasawuf malah menghambat karena orang cenderung berserah diri. Komentar Anda?
Jujur saja, sebenarnya saya kurang begitu paham tentang tasawuf ini. Saya hanya paham bagaimana Rasulullah mengajarkan dalam tubuh ini ada segumpal daging. Kalau daging itu baik, baik pula sekujur tubuhnya. Jika buruk, buruk pula sekujur tubuhnya itu. Segumpal daging itu dinamakan qalbu (hati).
Rasulullah mengatakan seperti itu. Dan, saya yakin, itu sebuah kebenaran. Jika kita kemas dengan cara tepat dan profesional, ini akan berdampak bukan hanya pada diri kita sendiri, tapi juga untuk orang lain sampai pada akhir hayat atau kiamat nanti.

Apa betul, bangsa kita sedang sakit? Lantas, apakah penyembuhan hati ini satu-satunya jalan?
Masyarakat Indonesia kini mengalami krisis multidimensional. Kembali menata hati dan memulai perubahan pada diri sendiri menjadi kondisi psikologis dan kebutuhan yang diperlukan masyarakat kita.
Tentu saja, itu bukan sebagai satu-satunya jalan. Tapi, saya pikir, penyembuhan hati sangat penting, terutama karena perilaku orang ditentukan hatinya. Kalau akal dan pikiran itu menunjukkan esensi, perbuatan untuk menjadikannya sebuah nilai sangat bergantung pada hatinya.
Kita lihat, banyak orang pandai, tetapi tidak punya hati nurani. Ya, dia korupsi. Korupsi itu bukan pekerjaan orang bodoh. Kerusakan negeri ini justru disebabkan orang-orang yang mempunyai kemampuan berpikir, tapi hatinya kurang baik.
Ini yang harus kita sembuhkan. Jangan lupa, penduduk Indonesia itu lebih dari 250 juta orang. Ini merupakan aset yang luar biasa.

Apakah agama masih dianggap sebagai suatu solusi?
Itu harus. Agama pasti mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi bangsa ini. Hanya, masalahnya, mengamalkan agama dan menyosialisasikannya harus dilakukan terus-menerus, lebih inovatif, dan kreatif. Jadi, bisa diterima masyarakat yang terus mengalami perubahan.
Yang terpenting pula, bagaimana mengaktualisasikan pemahaman agama itu dengan benar dan konsisten. Dengan begitu, masyarakat bisa menerima agama sebagai suatu solusi. Jangan hanya mengaku beragama, tetapi tindakan dan perilakunya justru jauh dari agama itu. Kondisinya saat ini kan seperti itu. Banyak masyarakat yang tidak konsisten dengan agamanya.

Jadi, peran ulama dan dai sangat penting? Kenyataannya, sangat jarang dai seperti Anda. Banyak yang cenderung masih sangat konservatif dan ketinggalan perkembangan di masyarakat?
Saya tidak berani menilai. Sebab, kapasitas pengetahuan dan pemahaman saya tentang orang lain masih sangat terbatas. Namun, saya percaya, ulama itu harus memiliki pemahaman soal agamanya dengan benar.
Dia harus bersungguh-sungguh dan konsisten dalam mengamalkan agamanya untuk menjadi suri teladan umat. Tidak untuk kepentingan apa pun dan siapa pun, kecuali Allah semata.
Allah SWT yang mengangkat derajat umat yang tidak takut siapa pun, kecuali takut kepada Allah. Sepanjang hayatnya bersih untuk mengabdikan diri bagi kemaslahatan umat. Kalau ulama berhati tulus dan pengamalannya benar, dia akan punya kekuatan ruhiyah yang sangat tinggi.
Seorang ulama harus bisa menyajikan opini di masyarakat bahwa kebenaran itu begitu indah dan bisa menjadi jalan keluar yang realistis bagi umat. Tentu, jika melihat dinamika masyarakat yang terus berkembang dengan penggunaan perangkat modern, misi itu bakal bisa menggugah dan mengubah masyarakat itu sendiri.

Anda membina pondok pesantren dengan cara amat modern. Terbukti, itu cukup berhasil, termasuk di bidang bisnis. Misi itu tidak berbenturan?
Intinya begini. Untuk bisa berdakwah dengan baik, harus ada contoh nyata. Dengan demikian, umat tidak hanya mendengar bagaimana Islam menjadi solusi. Kami membuat Pesantren Darut Tauhid sebagai miniatur realitas.
Karena itu, kami bekerja keras untuk membuktikan bagaimana Islam benar-benar bisa membuat orang sejahtera di bumi ini. Bahwa Islam juga sangat profesional.
Islam juga membuat kita mendapat dunia dan menikmati dunia dengan baik, tetapi juga punya nilai yang bisa menjadi bekal di akhirat nanti. Dengan santri-santri yang kita bina, Islam juga bisa membuktikan bagaimana cara berbisnis yang baik. Pebisnis dengan hati dan mental yang baik itu kan yang kita perlukan. Dua sisi yang saling melengkapi.

Itu berarti keseimbangan tetap harus ada?
Saya kira begitu. Metode manajemen qalbu yang saya tekankan di Pesantren Darut Tauhid tersebut diarahkan untuk mencapai keberagamaan yang intrinsik. Keseimbangan itu dibangun dalam praktik agama yang bersifat lahiriah dan batiniah. Jadi, terwujud keseimbangan antara zikir, pikir, dan ikhtiar.
Islam membuat kita mendapat dunia dan menikmati dunia dengan baik. Tetapi, juga punya nilai untuk bekal di akhirat dan punya nilai yang membuat orang berinteraksi dengan dunia ini. Orang tidak tertipu hiruk-pikuk dunia sehingga membuat orang terhina oleh dunia yang dimilikinya.
Kita punya dunia. Namun, kita harus jauh lebih bernilai daripada dunia yang kita genggam itu sendiri. Ini yang ingin saya tekankan.

Bagikan Info Ini Pada Yang Lain:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *